Laman

Rabu, 25 Agustus 2010

DIARY ARSHYA

Sesosok wanita yang sudah lanjut usia kira-kira berumur 60 tahun terlihat dari daun jendela, Walau gerakan wanita ini agak lamban, ia tetap merapikan gudang itu, menatap ruangan dan kadang-kadang ia melamun. Tatapan mata tajam dari wanita tua ini menatapi peti kecil didalam kardus kusam yang tepat ada dibawah kakinya.

Diatas peti kecil terlihat tulisan ukiran nama yang indah “ARSHYA”. Tangan nya semakin gemetaran melihat nama ARSHYA. Ia terpaksa membuka peti mungil dengan paksa. Karna ia tak mempunyai kunci untuk membuka peti kecil ARSHYA. Ia mengambil gunting yang ada di ruangan itu, ia membuka paksa, “Trak…” Gunting itu patah dan tak terasa darah menetes, tangannya tersayat karna gunting mengenai tangannya.
“Akh…” Erangan wanita itu menahan sakit.
Dibukanya perlahan dengan tangan yang terluka. Dengan seribu rasa ia membuka lembaran Diary.
Dari sudut kertas pertama terlihat tulisan indah, “Thanks mom for diary, Bandung 10 october 1998” .
Lembaran berikutnya membuat wanita renta ini benar-benar masuk dalam kehidupan diary ARSHYA, ia merasa seperti melihat langsung kejadian ARSHYA hanya dari membaca diary itu. Dan ia pun masuk dalam kisah diary ARSHYA…

Arshya adalah siswa yang kini terdaftar sebagai siswa baru pindahan dari bandung yang kini sekolah di smu 16 jakarta. Ia terpaksa pindah sekolah karna ia terpaksa ikut Bundanya karna orang tuanya bercerai dan Arshya ikut dengan bundanya. Siapa yang tak ingin melihat keluarganya selalu bersama, tapi harapan arshya sudah pupus. Harapannya untuk selalu bersama orang tuanya sudah tidak ada harapan semenjak ayahnya memutuskan untuk bercerai dengan bundanya. Lebih parahnya lagi, ayahnya menikah dengan wanita yang berumur 22 tahun yang bedanya sekitar 5 tahun dengan arshya dan telah hamil dulu. Benar-benar sesuatu yang menyakitkan untuk bunda dan arshya.

“Busyet… sudah jam 7 kurang sepuluh” Arshya mulai panik karna ini hari pertama dia masuk, sedangkan sekolah masuknya jam 7. gak mungkin hari pertama dia masuk memberikan kesan yang buruk.
“Ukh… rame banget sih, apa gak ada yang mau bantuin aku menyebrang…?” hati arshya semakin kesal…
Akhirnya arshya nekat untuk menyebrang, dan…
“Tin…tin..akh…….” suara klakson mobil dan suara teriakan arshya membuat semua mata melihat arshya… arshya jatuh terduduk tepat didepan mobil itu. Seandainya itu mobil maju saja 10 cm, arshya mungkin harus menginjakkan kakinya ke rumah sakit dulu sebelum kesekolah.

“Trak…” suara pintu mobil terdengar kencang dan disusul langkah seorang cowok anak smu yang wah… keren banget seperti Pasha ungu, dia turun dari mobil sambil berteriak dan marah-marah kepada arshya.
“Eh, punya mata gak se! lo pikir nyawa bisa gw beli buat ngidupin lo lagi kalo lo mati. Lo tu gila ya..!!!” cowok itu benar-benar tidak ada perasaan, tidak sedikitpun niatnya untuk membantu arhsya berdiri. Dengan sekejap saja sekeliling itu jadi tontonan puluhan mata.
Suasana semakin macet tak dihiraukannya jalan yang macet itu karena mobilnya yang menghalangi jalan. Untung saja tidak ada polisi, kalau tidak sudah ditilang tu cowok. dia benar-benar emosi membentak habis-habisan si arshya. Dari kejauhan seorang pengamen mengamati tingkah laku cowok itu dan menghampiri cowok itu pada saat ia memarahi arshya. Cowok tampan itu tersentak kaget disaat dia emosi ada seorang pengamen menghentak pundaknya dari belakang.
“Coy…kok lo yang galak se, ada perasaan sedikit donk coy. Lo liat donk tu cewek kesakitan…” sambil menunjuk kearah arshya, tapi cowok tampan itu hanya membuang muka. Melihat gaya cowok tampan itu cuek, membuat pengamen itu marah.

“Eh, lo denger gak?!? Lo gak mau mati sia-siakan karna digebukin segenk pengamen disini karna lo dah nabrak dan marah-marah ke cewek depan umum ini.” Pengamen itu menatapnya tajam sambil membantu arshya berdiri, arshya merintih kesakitan karna tangannya berdarah karna kebentur aspal, telihat lecet di tangan kanannya yang lembut itu.

“Gila…ne cewek cantik banget, matanya… matilah gw!!!” cowok cakep ini memuji arshya didalam hatinya.
“Ya udah mas pengamen makasih ya udah mau nolongin aq, aq pergi dulu ya karna bentar lagi aq masuk sekolah.” Sambil mengambil tasnya yang terjatuh diaspal.
“Maaf, boleh saya tau kamu sekolah dimana, mana tau kita searah” Tanya cowok smu cakep ini.
“Aq di Smu 16, tapi gak apa-apa aku bisa naik bus kok. Aq duluan ya.” Arshya pamit sambil berlalu, tapi pada saat ia berlalu tangannya ditarik oleh cowok tampan itu.

“Bareng aku aja, aku juga sekolah disana sekalian penebusan kesalahan ku.” ia tak memikirkan jawaban arshya, apakah iya atau tidak ia langsung menarik arshya kedalam mobil. Entah apa yang ada dipikiran arshya, menolak atau tidak yang pasti pada saat itu tangannya sangat sakit dan ia sangat buru-buru.
Didalam mobil arshya hanya diam, sebenarnya ia takut untuk memulai pembicaraan dan tiba-tiba arshya bicara.

“Nama ku arshya, aq anak pindahan. Maafin kalau tadi aku menyebrang tidak hati-hati. Aku lupa arah mau kesekolah jadi aku agak panik.” Arshya berkata sambil terbata-bata.
“Makanya kalau jalan tu liat-liat, lagian dah tau baru di jakarta sok-sok sendiri, cari temen atau diantar bokap napa. Sana ambil kotak PPPK, gw gak mau setelah gw gak jadi mati si-sia karna pengamen ntar gw dibilang nyiksa cewek ma satu sekolahan. Stop nyusahin gw key”

“Tadi sebenarnya bunda mau anterin tapi aq gak tega karna dia harus beres-beres butiknya yang baru dia buka.”
“Emang bokap lo jugak jaga butik?” Arshya diam sejenak, dan ia menarik nafas panjang,
“Orang tua ku sudah cerai”. Suasana menjadi hening,
“Uh…. Sialan, gw nyakitin hati cewek cantik ne lagi. Jahat banget se gw.” Ucap penyesalannya didalam hati.
“Nama gw Ridho, maaf karena gw gak tau kalau ortu lo dah cerai.” Ia mencoba membuat suasana lebih santai.
Cowok ini memang menyebalkan ya. Kalo gak tau tu gak sok tau deh, cakep-cakep LOLA juga ne cowok alias Loading lama…
Setubanya disekolah…
Arshya mulai bisa beradaptasi dengan sekolah barunya, dan ia mendapatkan sahabat dekat dan lucunya temannya itu agak kemayu namanya sasa alias Ardy.
Dan Ridho mulai mencari perhatian dari Arshya. Dia mulai menyukai Arshya. Dan suatu hari dikantin sekolah pertengkaran hebat oleh genk cewek yang melabrak Arshya…

“Eh lo tu punya mata gak se, lo liat sekarang switer yang dibeliin bokap gw dari eropa jadi basah kaya gini. Lo harus ganti!” mata rita begitu berapi-api saat menatap arshya yang tidak sengaja menabrak rita saat ia membawa soto.

“Eh nek, jelas-jelas dia tu lagi jalan loe nya aja mata nya keluyuran lagian napain lo jalannya mundur.” Bentak sasa yang membela arshya.
“Eh banci, sejak kapan lo bisa ngomong? Apa sekarang lo ada main ma arshya?” Mita teman segenk Rita. Bentakan dan perlawanan-demi perlawanan benar-benar menghinoptis banyak mata disitu, banyak mata yang menghujat pink girl’s.
“Jangan-jangan kalian lesbi ya?” mata arshya terlihat marah dan berkaca-kaca tapi ia tidak mau melawan karna hanya menghabiskan tenaga untuk melawan wanita-wanita gila itu.

“Napa kalian diam…?” rita membentak persis didepan wajah indah arshya. Tiba-tiba ridho datang yang melihat adegan gila rita itu dari kejauhan dan ngebentak segenk rita, semua mata menuju ridho termasuk arshya dan pink girl’s.

“Hei, kalian bisa diam gak, lo tu ya rit beserta geng lo yang gak penting itu mank gak punya malu ya. Kalian kira kalian siapa bisa-bisanya mempermalukan mereka didepan umum kaya gini!!!” mata ridho benar-benar sangat marah.

“Sayang, kok kamu malah ngebelain dia, mereka itu lesbi kita harus bisa jaga nama baik sekolah kita.” Dengan pedenya rita memeluk ridho dan bersikap manja dengan ridho membuat sasa dan arshya semakin kesal dan mereka beranjak dari tempat itu. Saat arshya memalingkan badannya untuk beranjak dari situ, rita menariknya.

“Eh lo denger gak gw ngomong apa? Lo harus ganti switer gw!” Arshya bukan gadis pengecut yang bakal diam dibentak-bentak seperti itu didepan umum. Arshya melapaskan genggaman rita dengan kasar.
“Ya, gw bakal ganti, tapi setelah lo cabut kata-kata lo karna sudah ngatain kita berdua lesbi” arshya menatap tajam kemata rita.

“Ha…. Ha….” Rita dan teman-temannya tertawa besar.
“Berarti bener dong kalian berdua lesbi, nyatanya lo marah”
“Lo apaan se Ta, lo kan banyak duit apa susahnya beli lagi jangan memperbesar masalah kaya gini” ridho mencoba melerai.

Rita terdiam, “okey lah, demi ridho gw ikhlasin switer gw, lagian ampe bokap lo kerja keras gak bakal terbelikan! Karna ne gak ada di pasar loak.”
“Jaga omongan lo, jangan bawa-bawa bokap gw.” Bela arshya,
“Waw… takut….. dia ngebentak gw…” ejek rita
“Udah dong shya, kita pergi ja” pujuk sasa.
“gw gak bakal diem kalo bokap gw dibawa-bawa”
“Oh… bisa-bisa lo ganti, tapi setelah nyokap lo cerai trus nikah ma bokap gw n lo ma nyokap lo jadi pembantu dirumah gw….”

“Ha….ha…ha….” pink girl’s tertawa merasa kemenangan ditangan mereka karna sudah memalukan arshya didepan banyak orang.
“Plak…Plak…….” Semua tawa terdiam, melihat rita ditampar oleh arshya.
“Itu baru 2 tamparan yang mendarat dipipi halus lo itu karna sudah mengatai kita lesbi dan tentang nyokap gw, gw bakal ngelakuin lebih untuk mengunci rapat bibir indah lo itu” Arshya benar-benar marah, suasana makin tegang.
Ternyata rita terpancing emosi, dan ia langsung menampar arshya, tapi sayang saat ia ingin menampar arshya ridho langsung menahan tangan rita.

“Kalau ada yang masih berniat menyakiti arshya dia akan berhadapan dengan gw” saat itu semua terpana dan entah apa yang ada dibenak arshya.
“Ridho…!!!” rita meneriakinya saat ridho menarik tangan arshya untuk berlalu dari situ. Semua yang ada situ langsung menyoraki pink girl’s, dan membuat pink girl’s semakin emosi.
“Gw bakal balas sakit hati gw ini…” ucap rita yang penuh dendam itu.

Setiap hari, Rita benar-benar berniat untuk menyingkirkan Arshya dari Ridho. Karena hubungan Ridho dan Arshya semakin dekat. Dan terbukti Arshya akhirnya luluh dengan perhatian Ridho, karena Arshya benar-benar kesepian. Tidak ada Ayah, hanya bundanya yang selalu mengekang tiap gerak langkah Arshya karena Bunda tidak pernah mengijinkan Arshya berteman dengan pria. Arshya semakin tertekan, dan suatu hari Arshya pulang telat karena ia ada tambahan pelajaran dan ia pulang menjelang maghrib. Setibanya dirumah, belum sempat membuka sepatu Bunda Langsung menarik tangan Arshya dan menamparinya.
Arshya hanya menangis, percuma ia menjelaskan bahwa ia ada kelas tambahan. Semakin ia ingin menjelaskan, semakin keras juga bunda memukulinya. Walaupun suara rintihan dan tangisan arshya benar-benar memilukan, pembantunya pun tak bisa menghentikan pukulan demi pukulan yang mendarat ditubuh mungil arshya itu. Pukulan itu terhenti saat melihat bibir dan hidung arshya mengeluarkan darah segar.
Dan ternyata, Bunda telah dihasut oleh Rita segenk, bahwa Arshya sering pulang telat karena ia pacaran dengan Ridho. Keyakinan Bunda bertambah saat Bunda melihat Arshya diantar pulang dengan Ridho.
Keesokan paginya…..
“Neng… bangun” bibi asih mengelus pipi arshya, “ya ampun neng badannya panas ” bibi berlari panik turun untuk bilang ke bunda arshya.
“Bu… neng arshya badannya panas pisan, sepertinya demam” bunda langsung berlari keatas.
“Sayang…” bunda mencoba membangunkan arshya “bi, ambilkan air kompres…” bunda sangat panik, dia pun meneteskan air mata melihat anak yang sangat ia sayangi sakit karna tangannya sendiri, entah setan apa yang merasukinya sehingga ia begitu kalap.

“Maafin bunda sayang… maafin bunda…” bunda arshya pun menangis sambil menciumi anaknya itu.
Pada hari itu juga Arshya dibawa keumah sakit, dan lebih mengagetkan Arshya mengalami pendarahan pada otak dan ia seharusnya menjalani operasi karena kondisi yang tidak stabil terpaksa ia masih harus diopname.
Sebagai motivasi Arshya, Bunda memanggil Ridho untuk mengembalikan kondisi Arshya tapi dengan syarat setelah Arshya pulih dan siap dioperasi Ridho harus segera menjauhi Arshya dan Ridho pun meyetujui perjanjian itu.

Setelah 1 Minggu lebih keadaan Arshya mulai membaik. Bunda Arshya bergegas kerumah sakit karna ia telah mendapat kabar dari Ridho bahwa anaknya telah siuman. Setibanya di rumah sakit, Arshya tidak menyambut kedatangan bundanya ia malah menatap takut.

“Hai sayang, gimana kabarnya? Udah baikan?” Tanya bundanya hanya dijawab anggukan oleh arshya. Sasa dan ridho menangkap keganjilan pada arshya dan bundanya. Karena mereka tidak tau bahwa sakitnya Arshya bukan karena jatuh dari tangga tapi karena dibenturkan kedinding.
“Sasa, tante titip arshya boleh ya. Tante hari ini harus buka butik entar siang tante datang ya.”
“Okey tante” jawab sasa dengan genit.
“Sayang, bunda pergi ya” bunda pamit dan menciumi jidat arshya.
“Oh ya, kamu ridho bisa ikut saya?” tiba-tiba bunda mengajak ridho keluar.
“Ridho kamu sudah liat keadaan arshya, ingat! sepulang saya dari butik, saya gak mau kamu ada disini lagi”
“Tapi tante…”
“Tidak ada tapi-tapi… kamu harus turuti mau saya” bunda arshya langsung berlalu pergi.
Bunda pun berlalu…

“Bunda napa sayang?” Tanya arshya karna dia kawatir apa yang ia alami dialami oleh ridho juga. “gak, bunda mau nawarin koleksian butiknya pada ibu-ibu arisan dirumah ku. “oh…” walaupun dengan rasa kurang percaya arshya mengangguk saja..

“Sayang maaf sebelumnya ada apa kamu dengan bunda, seperti ada sesuatu apa ini ada kaitannya dengan kamu luka-luka dan masuk rumah sakit?” Arshya terdiam, dan air matanya tiba-tiba menetes.
“Sayang ayo donk cerita, kalau kamu gak mau cerita aku bakal pergi” ancam ridho.
“Iya… semua bunda yang melukai ku. Bunda memukulku jika aku pulang larut dari sekolah.” Sambil menangis, arshya menceritakannya.

“Napa selama ini kamu diam? Kamu anggap apa aku?” Ridho benar-benar kesal.
“Itu bukan salah bunda, bunda Cuma gak ingin aku seperti nasibnya. Yang ditinggal oleh suaminya karna ada wanita lain!!!” suara arshya semakin gemetaran, ridho tak tahan melihat arshya terluka dan ia memeluk arshya dengan erat.
Tak lama kemudian…
“Sayang, aq harus pergi ibu ku minta aku mengantarnya kebandara. Kamu jaga diri ya”
“Ya udah, kamu juga hati-hati ya dho, tapi kamu ngomongnya kaya mau pergi kemana aja.”
“Gak kok, ya udah aku pergi ya” ridho pergi dan tidak lupa menciumi pipi arshya.
“Sasa, ikut gw keluar yuk…” sasa yang dari tadi sangat terharu mendengar semuanya, sangat kaget.
“Ada apa si sayang kamu gak biasanya kaya gitu” Arshya jadi penasaran.
“Sutt… anak kecil mau tau aja,kamu istirahat aja ya.”
“Sa… sekarang aku harus bisa nepatin janji ku ke bunda arshya, aku harus pergi”
“Tapi napa harus pergi?” Tanya sasa,
“Aku gak bisa harus melihat senyumnya sedangkan aku gak bisa ada buat dia.”
“Apa kamu tega ninggalin dia?”
“Aku gak bisa sa, tapi aku harus gimana agar dia tidak disakiti bundanya lagi. Dia sering dipukul karna aku, apa kamu tega?”
“Ya sudah terserah kamu.” Sasa meneteskan air mat melihat perpisahan yang tidak disadari arshya.
“Da… sayang, aku pergi dulu I LOVE YOU.” Nada itu sangat pilu, membuat sasa semakin menangis. Arshya menjadi curiga. Setelah beranjak pergi si ridho, Arshya langsung menanyakan pada sasa.
“Sa, jujur ma gw. Ada apa?”
“Gak ada apa-apa kok sa” sasa menjawab sambil menghapus air matanya.
“Kalau lo normal dan nganggep gw temen lo, lo pasti jujur ma gw.”
“maksud lo normal apaan che?”
“gw yakin lo pria tulen, inget gak lo ngebentak rita dan teman-teman demi gw. Berarti lo tu gak pengecut. tolong mengerti perasaan orang yang saling mencintai” arshya mencoba meyakinkan sasa.
“Gw normal? Iya… ya… dada gw ja berbulu...” sasa mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“ayo donk sa, lo gak mau liat gw nangis kan?”
“okey…” dengan suara yang sudah gak banci lagi dia menjelaskan bahwa…
“Ridho bakal pergi karna nyokap lo minta dia supaya ngejauhin lo!”
“kemana dia sa?” sasa terdiam,
“Dia gak bilang!@3$....” sambil menggaruk kepalanya sasa jadi bingung.
“Duh lo gimana si…” tanpa pikir panjang ia mencabut selang pernapasan dan alat impus yang masih tertancap di tangan indahnya itu.
“Arshya lo mau kemana?”
“Gw bakal pertahanin apa yang gw miliki, lo kira gw bisa tenang tanpa dia gw bisa mati” teiakan arshya membuat seluruh penghuni rumah sakit melihatnya. Arshya menyusul ridho kerumahnya dengan naik taxsi, tapi sayang ridho sudah pergi kebandara.
“Maaf non, den ridho baru saja berangkat. Non langsung kebandara saja” pembantu ridho membantu arshya untuk kembali ke taxsi.

Sesampainya dibandara, arshya langsung mencari ridho. Wajahnya sudah sangat pucat, langkahnya sudah tak teratur lagi. Sudah berapa kali dia jatuh. Semua orang iba padanya, sehingga matanya terhenti menatap seseorang…

“Ridho…..” teriakan yang sudah hampir tidak jelas lagi itu memecah keramaian di bandara itu, semua mata tertuju padanya.
Ridho sangat kaget akan kenekatan arshya ia berlari menuju arshya yang terduduk dilantai bandara itu, dan memeluknya…
“Jangan tinggalin aku dho, aku mohon mana janji mu…” arshya menangis memeluk ridho.
“Maafin aku, aku janji gak bakal ninggalin kamu”. Semua mata menatap mereka berdua, hari itu membuat orang terharu. Dan tiba-tiba Dari kejauhan terlihat bunda arshya dan sasa. Bunda menghampiri arshya,
“Arshya, ayo pulang! kamu lagi sakit kamu jangan gila!!!!!” bentak bundak mencoba melepas pelukan arshya.
“Tante cukup… selama ini arshya diam untuk menahan ketakutan tante pada arshya, ketakutan masa lalu tante menimpa arshya. Tapi aku gak bakal diam jika tante terus menyakiti arshya” ridho benar-benar marah, dia tidak takut lagi untuk melindungi orang yang dia sayangi.
“Diam kamu….” Bentak bunda arshya.
“Bun…da, tolo…ng me…nge…rti ars…hya, jika bu…nda saya…ng…” belum habis kata-kata arshya yang terbata-bata, nafas nya mulai tak stabil hidungnya mengeluarkan darah. Semua panik,
“Arshya, anak ku maafin bunda. Tolong… tolong anak ku sambil memeluk arshya, ambulance….”
“Bunda… arshya sayang dengan ridho, sama seperti bunda sayang dengan arshya. Jangan sakitin ridho ya nda…” dengan nafas yang terengah-engah arshya memohon pada bunda.
“Arshya, bertahan! aku akan bawa kamu kerumah sakit.” Pinta ridho.
“Gak dho, aku pengen disini. Ada orang-orang yang aku sayangi, bunda, sasa, dan kamu”
Ridho memeluk erat arshya dan menangis, tiba-tiba suasana hening, nafas arshya yang terengah-engah itu tak terdengar lagi.

“Arshya, bangun…arshya………. Jangan tinggalin aku, ARSHYA………….” Teriakan ridho benar-benar membuat kepergian arshya sangat pilu. Bunda, sasa, tak dapat menahan air mata itu lagi. Semua menangis dan memanggil nama arshya. Kepergian arshya membuat ridho benar-benar kehilangan.
Bunda benar-benar down, badannya lemas. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

“Hei diary, sekarang ulang tahun ku yang 17 tahun dan sebentar lagi aku kelas 3 smu, cita-cita ku menjadi disainer agar butik-butik bunda makin banyak koleksiannya. Tapi bunda gak ingat ulang tahun ku, karena aku pulang larut lagi. Dan bunda memukul ku lagi, maafin arshya ya bunda membuat bunda marah terus. Arshya sayang bunda…” itu adalah kata-kata terakhir yang sempat tertulis oleh arshya di lembaran catatan kehidupan arshya yang terakhir” Dan di sudut diary itu tertulis I LOVE YOU MOM….

Wanita tua ini yaitu bunda arshya, benar-benar menangis dengan merintih. Dia benar-benar menyesal. Tak terasa malam telah tiba membuat tangisan wanita itu terdengar jelas, rintihan penyesalan dan memanggil nama anaknya.

“Titn…tin…” terdengar klakson mobil dari bawah, ditutupnya jendela rapuh itu dan perlahan dia menuruni tangga dengan memegang diary arshya. Dibukanya pintu, betapa bahagianya bunda arshya melihat dua keluarga yang datang dan tak menghiraukan lagi tangannya terluka yang mengucur darah membuat dua keluarga ini panik. Yaitu orang yang pernah hadir didiary arshya…

Ridho pria yang mebuat arshya bahagia, dia membawa istri dan kedua anaknya, dan yang tak terduga adalah sasa… alias Ardy membawa istri dan 4 anaknya. Sasa yang kini dipanggil Ardy dapat menjadi pria normal karna arshya, semua karna arshya membuat hidup lebih ada karna cinta… selamat jalan ARSHYA.

2 komentar: